Home

Opa Frans dan Oma Sandra

Ketemu lagi sama aku Nalen.. Hallo

Malam-malam makan mie instant baik gak sih?

Tapi kayaknya telat deh aku nanyanya, soalnya mie-nya dah nyemplung ke perut. Hehe

Gak enak banget nih malam-malam kebangun gara-gara laper, mau bangunin Naya gak tega dia dah tidur nyenyak banget. Niatnya sih tadi mau makan tapi dasar setan lewat aku lebih milih matiin lampu terus.… hahaha. Isi sendiri deh ya tuh titik-titik. Soalnya kalo gak gitu Naya ngambeknya bisa ampe pagi walaupun sampe nanti pagi juga masih ngambek-ngambek kecil pasti. Inget-inget makan padahal Naya juga belum makan, tapi yasudahlah bagus juga buat dia gak makan malam biar gak tambah gendut. Upss!! Pasti ngambek nih kalo baca kalimat terakhir ini. Hehe.

Oiya mungkin pada heran kenapa si Naya ngotot banget pengen punya anjing kayak si Bruno itu. Semua berawal ketika kami bertandang ke tetangga sebelah rumah, gak sebelah-sebelah amat sih cukup ada jarak sekitar 50 M. Mereka pasangan kakek nenek penjual bunga yang dirumahnya memelihara anjing, nah anjing mereka itulah si Bruno. Si Bruno ini tuh jenis anjing besar yang namanya kalau gak salah Rotweiller, jinak banget sih memang anjingnya dan lucu. Menurut si pemilik rumah, anjing ini sudah dipeliharanya sedari kecil pemberian dari langganan bunga mereka, jadi sudah tidak usah diragukan lagi kesetiaannya.

Kembali lagi ke pasangan kakek-nenek tetanggaku lagi deh,.Mereka itu sudah lama banget tinggal di daerah rumah kami ini, semua orang kenal mereka. Kalau lihat rumah mereka bener-bener iri deh pasti, rumahnya sih gak besar tapi bergaya rumah-rumah pedesaan di Eropa lengkap dengan perapiannya dan halaman belakangnya itu luas banget. Halaman belakang rumah mereka pergunakan untuk menanam bunga-bunga hias yang beraneka ragam dan semuanya indah.

Dari tadi aku nulis gak ngenal-ngenalin nama mereka berdua ya? Hehe.

Ketika berkenalan mereka menyebutkan nama Franstinus Daud Santwijk dan Sandra Murniati Joseph Kisling, dari nama pasti sudah ketebak kalau mereka memiliki darah bule alias Indo dan semua terlihat jelas dari perawakan mereka berdua. Khas orang Indo mereka berkulit putih, berhidung mancung dan memiliki tinggi diatas rata-rata. Opa Frans dan Oma Sandra begitu beliau membahasakan dirinya. Opa Frans berbadan kurus, bermata biru, berambut sedikit botak, berhidung mancung sekali, berwajah sedikit keras, berpandangan tajam penuh wibawa tetapi sangat-sangat ramah, jelas sekali terlihat sisa ketampanan masa mudanya di sela-sela wajahnya yang mengriput. Sedangkan Oma Sandra mengaku ber-ayah asli orang Jerman dan Ibu seorang wanita Sunda asal Sukabumi, dari campurannya saja sudah jelas terbayang bahwa Oma Sandra ini 30 tahun yang lalu pasti masih sangat cantik, dengan kulitnya yang putih, berhidung mancung, berambut hitam, bermata belo dan sedikit saja lebih pendek dari suaminya. Berbeda dengan Oma Sandra, Opa Frans terlihat sangat bule.

Aku dan Naya memulai percakapan dengan memperkenalkan diri dan menyatakan maksud tujuan kami datang untuk bersilaturahmi, permisi dan sekaligus meminta maaf karena dari mulai membangun rumah sampai sudah tiga hari menempati rumah, kami belum sempat berkenalan dengan mereka. Obrolan pun berkembang kesana-kemari dan kami salut dengan keramahan pasangan lanjut usia itu, benar-benar orang-orang tua yang sangat menyenangkan dan baik sekali. Aku dan Naya, begitu juga mereka bercerita awal mula saling bertemu dan mengenal hingga bisa menjadi suami istri, percakapan kembali melebar mengenai hobby, pekerjaan, film, musik dan yang mengejutkan, ternyata mereka berdua sangat up to date. Kagum aku dibuatnya, mereka tahu sm*sh, Justin Bieber dan pujaan-pujaan anak zaman sekarang lainnya, yang aku pun tidak tahu. Hehehe.

Jadi teringat ucapan Naya. “Kamu dengerin music yang lain kek! Yang lagi ngetrend sekarang didengerin juga dong!! jangan cuma, The Cure, Stone Roses, Morrisey, Joy Divison, Suede, Pulp, Rialto. Bosen kan tiap nyetel mp3 itu terus paling-paling selingannya Naif ma Slank. Capek deh.” Di sebut semua musisi-musisi yang menjadi idolaku oleh Naya. Sembari ngeledek Naya bilang seperti itu, padahal dia juga suka. Kalau diledek seperti itu biasanya aku langsung senyum, gedein volume musik trus goyang-goyangin kepala dan Naya langsung melet-melet ngeledek. Hehe.

Oke balik lagi ke Opa Frans, ketika aku bilang kalau aku seorang peneliti lepas mengenai budaya dan sejarah ia lalu bercerita akan sejarah dia dan keluarganya. Aku tersenyum dan sangat senang, Naya dan Oma Sandra hanya menjadi pendengar setia yang sepintas-sepintas saja kadang ikut menimpali obrolan ku dan Opa Frans.

Opa Frans bercerita bahwa ia adalah cucu dari H. van Santwijk seorang Belanda yang pada tahun 1905 hingga 1909 menjadi sekretaris Residen Batavia. Antara tahun 1905-1909 Residen Batavia seingatku berganti sebanyak 3 kali, yaitu masa Residen Bakhuizen van den Brink, J. Hofland dan Erijk Meertens, itu kalau benar loh. Hehe. Opa bercerita bahwa sebenarnya namanya ada van diantara Daud dan Santwijk tetapi karena ia lahir dan besar di Indonesia jadilah ia sangat mencintai negeri ini, oleh karena itu ia memutuskan untuk menghilangkan kata van dinamanya. Tetapi bagaimana pun namanya orang Belanda ia juga selalu rindu akan tanah air dan bangsanya, sesekali juga dia kembali ke negara asalnyaa untuk menengok kedua anaknya yang sekarang berkeluarga disana. Opa dan Oma bercerita bahwa dari kuliah kedua anak mereka yang kebetulan perempuan sudah menetap di Belanda ikut sepupu Opa yang memang warga negara sana. Kedua anak mereka bernama Bernadette Murniati Santwijk dan Mariana Murniati Santwijk, unik ya nama anak mereka? Ciri khas nama-nama orang blasteran, yaitu campuran nama barat dan timur. Sepintas aku dan Naya melihat foto-foto anak mereka yang terpampang di dinding-dinding rumah, dan tahukah sama sekali tidak terlihat seperti orang Indonesia. Hanya nama Murniati dan warga negaranya saja yang mungkin Indonesia. Hehe.

Opa dan Oma Frans juga bercerita bagaimana sulitnya hidup menjadi orang indo di awal-awal kemerdekaan, bagaimana mereka bertemu yang ternyata jodoh mempertemukan mereka melalui bunga. Ketika aku dan Naya tanyakan lebih lanjut, mereka berdua seakan malu-malu dan berkata, “Eike bukan tidak mau bercerita tapi biarlah kisah itu hanya untuk kami berdua” Oma Sandra berkata seperti itu diikuti tanda anggukan setuju oleh Opa Frans. Opa juga tidak mau ketinggalan ia melanjutkan, “Yang pasti kita berdua akan tetap mengabadikan kisah tentang bunga itu setiap hari, dengan cara merawatnya berdua bersama-sama.” Jadi itulah alas an meraka memilih berkebun dan menjadi penjual bunga, agar mereka selalu mengenang awal mula pertemuan mereka. Bisa di bayangkan bukan betapa romantisnya mereka, jadilah aku dan Naya tersenyum lebar mendengar cerita mereka berdua.

Kerika kami berempat bertukar-kisah (yang sebenarnya banyakan cerita pasangan senior itu) itu tampil Bruno mondar-mandir manja di antara Opa dan Oma. Nah disitulah Naya cengar-cengir seperti anak kecil melihat mainan, ditambah lagi si Bruno ini benar-benar jinak dan menggemaskan agak tidak pantas sebenarnya antara kelakuan dan tingkah lakunya. Sejujurnya memang menarik dan lucu sih si Bruno ini, tapi untuk memelihara aku akan katakan tidak. Mengapa? Ya seperti di postingan Naya sebelumnyalah alasanku tidak memperbolehkan naya memelihara binatang.

Pukul 08.00 Aku dan Naya pamit dan berjanji akan kembali lagi untuk mendengarkan cerita-cerita menarik mereka, dan Naya juga dengan memaksa meminta Oma agar ia diperbolehkan kapan-kapan membantu merawat bunga dan untungnya Oma sama sekali tidak keberatan. Walaupun sebenarnya yang menjadi daya tariknya sebenarnya si Beruno,d asar Naya mungkin Opa dan Oma Frans bisa dikelabuhi tapi kalau aku mah nanti dulu. Hehe.

Nah, dari sinilah si Naya dengan kekehnya meminta izin untuk memelihara anjing yang sebenernya percuma karena aku tidak akan memperbolehkannya.

Waduhh.. keenakan menulis cerita tentang Opa dan Oma Frans sampai tidak sadar ternyata ada email masuk di Inboxku.

Sebentar ya aku buka dulu.

Wow, ternyata hari senin depan aku harus berangkat ke daerah timur Indonesia tapi dimananya masih belum tahu, apakah Papua, NTT atau Maluku. Temanku bilang nanti akan dikabari lagi, tapi dia bilang penelitian dari Kementrian Kebudayaan Pariwisata. Sejujurnya baru kali ini aku dapat kerjaan dari pemerintah, sebelum-sebelumnya lebih banyak dari foundation-foundation asing dan UN, jadi karena ini dari negeri sendiri aku lumayan antusias nih. Hehe.

Oke sebentar lagi ya, aku akan kirim email balik. Hehe.

Tetapi gimana bilangnya nih sama Naya. Kali ini dia palingan gak mau diajak karena pasti lagi seneng-senengnya ma rumah baru dan kalau ditinggalin juga pasti dia berat kali ini, mana dia masih ngambek lagi gara-gara si Bruno. Arghhh si Bruno ingin aku jitak aja rasanya. Rrrr

Sekarang sudah senin dini hari, masih ada lima hari lagi sisa waktu sebelum pergi. Ohh baiklah akan aku ajak dia jalan-jalan deh, tapi kemana ya? Jakarta? kedeketan, Bandung? apa bedanya sama Bogor (udaranya maksudnya), Bali? Kecepetan kalo Cuma 5 hari, Jogja? Nah iya.. JOGJA. Oke masalah rumah baru pasti kalah sama alas an yang ini. Alasan apa itu?

Kira-kira akan seperti ini aku bicara padanya kalau dia kekeuh ngeyel maunya dirumah aja “Kita kan udah lama gak ketemu Bapak-Ibu, durhaka loh kalau kelamaan gak sowan ke orang tua”. Hehe. Ya, Sempurna. Masalah ngebujuk aku pikirkan saja esok hari ah, udah ngantuk juga ternyata nih mata saatnya balik peluk si Naya lagi. Hehe.

Sampai bertemu di postingan selanjutnya ya. Selamat Malam, Eh pagi. Selamat Tidur.

Zzzzz..

Bogor kesanaan lagi sedikit, Pukul 02.30 WIB

050311

Brunooooo!

Kalau ada yang mendengar suara sore-sore dari beranda, suara yang memekakkan telinga tetangga (kasihan ya tetangga, kalau aku sih sudah biasa hehe..) iyaaa itu suara Nalendra.

"Nayaa Nay.." --biar ku terjemahkan, kalau dari nadanya siy minta secangkir kopi hitam kecintaannya.

"Hehe tau aja.. Makasih yaa..", ucapnya setelah beberapa menit aku datang membawa secangkir kopi hitam.

"Leenn..", aku mulai merengek (lagi). Pasalnya sepulang dari rumah tetangga tadi tiba-tiba aku ingin sesuatu.

"Apa sayang?", tanyanya tidak mengalihkan pandangan dari laptopnya.

"Boleh ya?"

"Apa?" -- 'kebiasaan deh Nalen suka pura-pura lupa' gerutuku dalam hati.

"Yang tadi.. Bruno!!" Pintaku bersemangat.
"No Naya.." Jawab Nalen saklek.

"Aahh kenapa siy ga boleh? Kamu takut rumah berantakan, rumah jadi kotor? Ga usah kita masukin deh bikinin aja kandang di halaman. Ya Len ya?" Bujukku kekeuh.

"No Naya.." Okay 'No Naya' semakin terdengar menyebalkan.

"Leenn.. Kakekku dulu pernah pelihara Leenn, jadi sedikit banyak aku tahu cara melihara anjing.." Belum selesai aku berkata Nalen menatapku sambil menutup laptopnya.

"Bukan itu sayang.. Simple aja yaa alasanku kenapa ga kasih kamu ijin.."

"Apa??" Potongku penasaran.

"Kamu itu bosenan paling suka nya seminggu dua minggu, setelahnya pasti kamu bosen dan ga akan urus.. Unjung-unjungnya aku deehh yg ngurus..", jelasmu membuatku memutar bola mata tanda 'pliss dehh Naleenn..'

"Enggaaaa aku ga kayak gituu.. Aaa..aku mau Bruno Leeenn.. Janji deh aku bakal ngurus.." Rengekku semakin menjadi.

"Hey.." Nalen meletakkan kedua telapak tangannya dipipiku sambil menatapku dalam. "Kamu boleh minta yang lain asal jangan itu deh.. Ya?" Nalen memberi tawaran.

"Ga! Mau Bruno!" Kataku masih keras kepala.

"Hey.." Sambil mencubit-cubit pelan pipiku, Nalen masih menunjukkan sikap sabarnya. "Sayang kita kan bakal sering pergi keluar kota, nanti kasihan malah ga ada yang ngurus. Nyiksa binatang itu dosa lho.."

"Ralat. Siapa yg sering keluar kota? Yang sering keluar kota kan kamu bukan aku.", sergahku.

"Oh jadi sekarang ga mau lagi nemenin suaminya kerja keluar kota??" Nalen berhenti mencubiti pipiku lalu membetulkan posisi duduknya.

"Ya kan nanti rumah gimana kalau ga ada aku?" Kataku mulai kacau, salah mengambil alasan.

"Ya ga gimana-gimana. Rumahnya ga kemana-mana juga ko kalau ga ada kamu." Jawab Nalen menang.

"Aaa aku mau Bruno Naleeeennn.."

"iiih..kenapa siy kamu jadi pengen banget pelihara anjing gini??" Tanya Nalen penasaran.

"Yaa pengen aja.. Biar ada yang di ajak jalan-jalan tiap pagi.. Bisa di ajak main.. Bisa aku peluk-peluk juga.." Tuturku bersemangat malah disambut tawa Nalen.

"Hahaha kalau jalan-jalan pagi kan bisa sama aku.. Peluk juga enakan meluk aku.." Canda Nalen menanggapi alasan Naya.

"Aaa tapi kan kamu bukan Brunoo Nalen!!"

"Hmmm..iya juga ya?! Yaudah anggep aja deh aku Bruno kalau kamu suka hihi.. *nguuk.." Nalen mengikuti gaya Bruno seharusnya lucu tapi jadi ga lucu kalau diperagakan saat istrinya sedang marah begini.

"Nalendraaa!!! huuh.." Aku bersungut lalu masuk ke dalam. Tentu saja bibirku manyun 5meter, jelek sekali kalau berkaca hehe..

"Auuuwh.." Jeritku dari dalam rumah. Kebiasaanku kalau berjalan suka nabrak-nabrak huhu.. Nalen sudah berdiri di pintu beranda sambil geleng-geleng menahan tawa. Aku melirik kesal lalu menghilang ke dalam kamar.

"Naaayyy.. Makan malam yuukk aku laper niih.." Nalen merayu dari balik pintu kamar.

"Ga mauuu.. Aku mau Bruno!!" Teriakku dari dalam kamar.

*hening*

*suara sound system ruang tv berbunyi nyaring*

*lagu Just the way you are - BRUNO Mars*

'Nalendra bener-bener ga lucu' batinku merengut.

"Heh sayang.." Aku keluar kamar begitu Nalendra menoleh ku lempar dia dengan bantal yang ku bawa. Nalen terkekeh menang biarpun bantal mendarat di wajahnya. Dengan gesit Nalen langsung lari menangkapku. Badan mungilku seperti handuk yg disampirkan di bahunya. Perut ku di pundaknya, kepalaku terbalik, wajahku hanya bisa melihat punggungnya dan jelas saja aku meronta.

"Kamu nyebeliiin.. Turunin aku ga! Turuniiinnn!!" Teriakku memukul-mukul punggung Nalen.

Dengan hati-hati Nalen menurunkanku ke kasur empuk kami. Kedua tanganku dikunci dengan tangannya agar aku tidak melarikan diri, begitu pikirnya.

"Okay, iya nanti kita beli anjing."

"Bener Leenn??" Mataku terbinar langsung bersemangat.

"Iya tapi nanti yaa nunggu.." Tangan Nalen masih mengunci tanganku agar tidak banyak gerak.

"Nunggu apa??" Tanyaku penasaran.

"Nunggu kamu udah ga pengen pelihara anjing lagi heheheeh.."

"NALEEENN!!" Kataku langsung berontak supaya terlepas. Tapi percuma tenagaku hanya sepersepuluh tenaga Nalen.

"Dengerin aku.." Ucap Nalen memandangku sabar masih penuh senyum. "Aku bahkan udah nyuruh kamu nganngep aku ini Bruno. Bruno itu anjing lho sayang hmpf.. Aku harus ngomong apalagi coba biar kamu ngerti? Biar kamu nurut sm suamimu.."

Oke skak mate.. Kalimat terakhir Nalen bikin aku nyerah. Nyerah sambil cemberut.

"Kayak nenek sihir kalau cemberut." Candamu.

"Kamu pelit Len.." Ucapku lirih sambil pasang muka melas.

"Engga yaa.. Aku ga pelit sini aku kasih banyak.." Katamu lalu menciumi pipiku berkali-kali. "Kurang banyak??"

"Tauk ah.." Masih cemberut. "Eh katanya kamu laper??" Tanyaku ingat tadi Nalen mengajak makan malam.

"Iya aku laper. Aku mau makan kamuuuu errr.." Katamu sambil sibuk meraih stop kontak lampu tidur.

*gelap*

*jangan tanya aku kemana*

*aku habis di makan BRUNO*

*good night, my Big Bruno hihi..

Aku dan Jerami

Hey bertemu lagi denganku Nalendra Jaleswara, Suami dari pemilik blog ini, Raina Kalea Nara atau Naya. =)


Sekarang aku mau bercerita cukup banyak tentang ‘Jerami’.

Ya, ‘Jerami’” mainan” baruku yang telah menempatkan rumahku diposisi kedua dalam prioritas bangunan yang harus kubangun terlebih dahulu. Hehe.

Layaknya orang berkenalan, Pertama aku akan bercerita dari nama terlebih dahulu.

Seperti yang sudah pernah aku ceritakan di postinganku sebelumnya,

kata jerami aku ambil karena nama ini sangat merakyat, sangat Indonesia dan terkesan sangat menyuarakan perlawanan, karena kata ‘Jerami’ pertama yang melekat di benakku berasal dari sebuah lagu berirama perjuangan yang dikemudian hari banyak dinyanyikan dalam berbagai irama, dari punk, skinhead, pop bahkan ada yang di remix kalau tidak salah.

Lagu itu ialah Darah Juang, lagu wajib bagi semua aktivis.

Kedua. ‘Jerami’ merupakan bentuk konkretku dalam menciptakan lapangan kerja, walaupun saat ini baru ada 8 pekerja yang berhasilku upah sedikit di atas UMR tetapi tidak menutup kemungkinan untuk bertambah.

Ketiga. Ini adalah cita-citaku dari kecil, yaitu pengen punya tempat buat nongkrong-nongkrong, ngobrol-ngobrol rileks tapi murah. Nah, yang terakhir itu yang paling penting. Jadi sudah aku putuskan bahwa ‘Jerami’ bukan tempat mencari untung yang terlalu besar, jadi harga yang ada disini benar-benar bersahabat. Aku mematokkan makanan dan minuman yang dijual jangan sampai lebih dari 20.000 rupiah. Hehehe.

‘Jerami’ terinspirasi oleh makanan-makanan yang dijual di angkringan-angkringan Yogyakarta daerah asalku dan tempatku sekolah dulu di UGM. Mungkin bagi yang tidak familiar dengan kata-kata angkringan bisa lebih mengenalnya dengan kata-kata Nasi
Kucing atau HIK (Hidangan Istimewa Kampung), sebutannya di kota Solo. Di ‘Jerami’ layaknya angkringan ada juga nasi kucing, gorengan, segala macam sate (usus, telor puyuh, kerang, keong sawah), Kopi, Teh, wedang ronde dan ini yang membuat ‘Jerami’ bukan angkringan, Beer. ‘Jerami’ menjual beer dan beer yang kami jual pun buatan local, tau kan beer lokal itu merk-nya apa. =)

Khusus untuk kopi, di ‘Jerami’ hanya menjual kopi hitam dan kopi susu walaupun dengan harga yang beragam dari yang murah hingga ke yang paling mahal, yang paling mahal juga gak sampe 15.000, dan bisa dipastikan kopi disini beda dengan buatan rumah. Untuk teh, karena itu permintaan Naya jadi dia yang mempunyai otoritas penuh untuk menentukan teh yang ada di ‘Jerami’. Teh pun beragam jenis, teh hijau, teh

mint, teh jahe, teh susu dan banyak lagi, yang jelas semua

taste rasa Naya yang menentukan. Begitu juga makanan selain makanan standar angkringan, semua Naya yang memilih.

Untuk menentukan makanan apa yang akan tersaji dalam daftar menu yang ada di ‘Jerami’ aku dan Naya sempat berbeda pendapat, tidak begitu hebat sih tapi kita berdebat lumayan lama. Hehe.

Aku tetap berisi keras menginginkan ‘Jerami’ itu ya angkringan, dan makanan yang dijual pun ya makanan khas angkringan gak ada yang lain.

Tapi Naya dengan argumennya bilang.

“Emang yang mau nongkrong-nongkrong disana Cuma kamu?
Kamu gak mau ada orang lain yang datang ke ‘Jerami’ dan ngerasain kesenangan yang kamu buat ini, atmosphere ‘Jerami’ mau kamu monopoli sendiri? kalo gitu kamu buat aja di halaman belakang rumah gak usah dibuka untuk umum. Ihh kalo aku mah pengen orang datang, ngerasain seneng-seneng disini bareng-bareng sama temen”

Ucap Naya sambil tersenyum.

Aku ingin membantahnya sih, tapi aku akui kali ini Naya benar dan aku kalah. Aku juga heran, tumben banget dia bisa mikir jauh gitu secepat ini. Mungkin karena memang tidak ingin mengambil untung yang besar dari ‘Jerami’ dan tidak memikirkan segi-segi ekonomisnya, jadi aku tidak kepikir kearah situ. Naya ternyata tidak seperti itu, mungkin karena kaum hawa lebih bisa berpikir kearah ekonomis, jadi itung-itungan kearah sana pun spontan keluar dari mulut Naya. Naya memang tidak beragumen langsung kearah keuntungan, tapi kata-katanya barusan secara tersirat jelas kearah sana. Hehe.

Akhirnya aku mengalah dan menyetujui Naya tetapi dengan syarat, semua makanan Naya yang menetapkan dan menentukan rasa. Dari situ jadilah ‘Jerami’ bukan hanya miliku tetapi juga milik Naya dan orang banyak yang mau datang kesana. Naya akhirnya menambahkan beberapa menu, seperti nasi goreng, ketoprak, pancake, poffertjies, omellete, kentang goreng, martabak mie. Standar sih, Sepertinya Naya mempertimbangkan anak muda juga untuk datang ke ‘Jerami’.

Sementara untuk tempat aku membuat konsep ‘Jerami’ itu tempat yang terbuka, hanya ada 8 meja dan kursi-kursi dari kayu yang dipayungi juga oleh payung kayu dan satu tempat untuk kasir menyatu dengan semacam bar yang bagian atasnya beratapkan ‘Jerami’. ‘Jerami’ dikelilingi oleh kawat yang dirambati oleh tanaman merambat, toilet kami buat sesimple mungkin, hanya bilik kayu dari luar tetapi tetap tersedia wc duduk didalamnya, dengan bak dari guci
cina untuk menampung air.

Begitulah sedikit tentang ‘Jerami’, suatu manifestasi keinginanku yang dikombinasikan dengan ide dan semangat Naya istri tercintaku. Setidaknya segitu dulu mainanku bila ada rezeki lebih akan ku kembangkan lagi, tapi dengan konsep yang tidak berubah, yaitu MURAH. Hehe.

Oke sekian dulu ceritaku tentang ‘Jerami’, sekarang sudah sore saatnya aku dan Naya menikmati zona nyaman kami di beranda belakang rumah yang menyajikan pemandangan kebun teh di seluas mata memandang. Kalo ada yang mau datang dan berkunjung ke rumah kami, boleh kok. Hehe. Oke sekian dulu.

Kemana lagi nih si Naya biasanya dia sudah cerewet teriak-teriak memanggilku memberitahukan jatah kopi soreku sudah dibuatkan olehnya.

Nay??

Naya??

Kopiku udah jadi belom sayang??

Dari Beranda sampai Kebun Teh



"Leenn.. Sayaaangg.. Kamu dimana siy?" Panggilku lalu mengedarkan pandangan keseluruh sudut ruangan. 'Ih ni orang kemana siy?' Gerutuku dalam hati sambil berjalan menuju beranda. Dipundakku tersampir handuk putih milik Nalen, tangan kananku membawa secangkir teh tarik dingin kesukaanku sedang sebelah tangan kiriku menenteng notebook kesayanganku.

"Naah ini dia orangnya.. Sayang mandii dulu udah siang lhoo..", panggilku setengah berteriak ketika menemukan sosok suamiku, Nalen ternyata berada di tengah halaman belakang sedang asyik dengan balok-balok kayu ditangannya.

"Iya sebentar lagi selesai tanggung nih..", jawabnya tanpa mengalihkan pandangan ke arahku. Dia tampak sibuk dibawah matahari. Sebentar menandai balok kayu dengan pensil, sebentar mengamati lalu menggergaji lalu akhirnya sibuk memaku disana sini.

"Len, aku udah mandi lho.. Udah wangi udah cantik tinggal kamu yang masih bau.. Katanya mau berkunjung ke tetangga sebelah, jadi kan?", tanyaku sambil membenarkan ikat rambutku yg mulai turun.

"Iyaa jadii sebentar yaa istriku yang udah wangi, udah cantik, tapi baweel..", katamu kali ini memandangku dengan tatapan usil.

"Dasar deh ah..lagian ngapain siy kamu bikin apa siy? Jangan di situ lah makin gosong tuh kulitmu. Sini lho teduh..", cerewetku mulai keluar.

Nalen tak menjawab, hanya melihatku sambil berkata "Ce-re-wet" tanpa suara, aku bisa membacanya jelas dari gerak bibirnya. uUgh..nyebelin!

Open Notebook..

Turn On..

Selamaattt pagi menjelang siang tamu-tamukuu.. Ini sudah pukul sepuluh waktu Indonesia bagian Bogor hehe.. Aku sudah membereskan pekerjaan rumahku, aku sudah memasak sekedar sarapan soup macaroni lengkap dgn daging ayam potong dadu, telur dan keju resep suka-suka ala Naya lah pokoknya haha..

Sambil nunggu si Nalen mandi berceloteh saja yuukk..

Aku sedang duduk di beranda. Teras rumah tempat favorite-ku dan Nalen. Duduk di atas kursi kayu yg lebar semacam bale-bale yg bermatras sepon tipis berbalut kain putih lengkap dgn corak batik sebagai ornamennya. Dan ada beberapa bantal yg berwarna senada. Di sini, di tempat aku duduk sejauh mata memandang semuanya hijau. Rapi, menanjak dan beberapa caping para petani teh menyembul. Kalau menengok ke bawah disana ada aliran sungai kecil lalu seberangkan pandanganmu sedikit ke atas, hijaunya sejuk, hijau Kebun Teh! ^^

Di sini lah rumahku. Bogor yg bukan bogor hehe.. Maksudku letaknya bukan benar-benar ditengah kota seperti kafe kami 'jerami'. Lebih naik lagi ke atas, menuju arah puncak tapi masih kabupaten Bogor. Dulu kami sengaja membeli lahan kosong di daerah yang jauh dari keramaian, sekarang sudah mulai terlihat ada beberapa bangunan villa-villa pribadi. Sedikit demi sedikit kami membangun rumah ini. Agak lama karena Nalen menomor-duakan rumah ini setelah 'jerami', tapi tak apa kalau bukan karena jerami mgkn rumah ini jg belum berdiri.

Dulu cita-citaku punya rumah kaca. Serba kaca supaya pandanganku bisa luas keluar sana. Nalen menyetujui karena pada dasarnya rumah ini kado buat aku jadi suka-suka hatimu Nay.. Kira-kira begitu kata Nalen. Seiring perubahan mood hehe tiba-tiba aku ingin rumah panggung. *iya-iya Naya labil uUgh..* Sempat terjadi perdebatan sebab Nalen tidak terlalu suka rumah seperti tempat tidur punya kolong hehe.. Akhirnya di ambil jalan tengah. Rumah Semi Panggung. Oleh kawan kami seorang arsitek, rumah kami agak dibuat lebih tinggi. Separuh kiri sisi yg ada kolongnya dibuatkan menjadi garasi, sedang separuh sisi kanan tidak punya kolong karena lebih rendah. Kalau kalian masuk ke dalam rumahku bs di sebut tingkat setengah karena menuju kamarku menaiki 5 anak tangga. Rumah kami hampir 70% dari kayu. Agar terkesan sejuk dan sederhana, biar menyatu dengan kebun teh di belakang sana.

Seperti rumah-rumah kebanyakan. Rumahku ada halaman depan, teras depan, garasi yang sementara baru terisi motor roda dua kesayangan Nalen, ruang tamu, ruang tv, ruang makan, dapur dan dua kamar tidur. Sebenarnya ada 3 kamar tidur tapi kamar yg paling kecil ku gunakan untuk ruang baca sekaligus tempatku meletakan rak-rak bukuku dan rak keping dvd film koleksi Nalen. Dari semua ruang untukku dan untuk Nalen "Beranda"lah tempat paling istimewa seperti kataku tadi di awal, tempat favorite kami. :)

Oh iya satu lagi.. Tidak hanya kebun teh tapi masih ada satu kebun yang bisa kami nikmati. Kebun tetangga sebelah. Kebun yaa bukan rumput tetangga! *errghh.. Hehehe.. Tetangga sebelah kami ini pasangan kakek-nenek penjual bunga. Mereka menanam sendiri bunga-bunga yg mereka jual di halaman yang tentunya lebih besar dari halaman rumah kami. Setiap musim berganti, warna taman mereka pun turut berganti, Indah!


"Nay.. Kereeen kan??", panggil Nalen berseri-seri sambil pamer mengangkat sebuah kotak kayu hasil karya tangannya yg sudah jadi.

*aku masih bengong lihat Nalen girang sambil setengah joget-joget pamer*

Nalen masih meringis memamerkan sederet giginya ketika berjalan ke arahku lalu manyerobot handuk yang sudah ku siapkan.

"Mandi aahh.. Eh bagi minum..", katanya yang kali ini menyerobot sisa segelas teh tarik dinginku.

*aku masih bengong sambil geleng-geleng kepala melihat ulahnya*

Baru 5 menit Nalen masuk ke dalam.

Menghitung mundur dalam hati. 5..4..3..2..sa.. "Naaayy..", tuh kan Nalen manggil lagi.

-_________-"

Pasti kali ini Nalen mencari sesuatu tapi gagal menemukan. Sabun habislah, sampoo ga ada lah, bajuku yang kemaren dimanalah.. Semacam itu, semacam manja mencari perhatian. Hmm..baiklah nanti aku lanjutkan lagi ya Tuan sudah memanggil lagipula aku harus siap-siap berkunjung ke rumah tetangga. Sampai ketemu lagi di postinganku berikutnya.

*tertanda Naya istri cerewet dari laki-laki bawel. :D

Hai Aku Nalendra, Suami si centil Naya :p


Denganmu Aku Bahagia..
Denganmu Semua Ceria..
Janganlah Kau Berpaling Dariku karena Kamu Cuma Satu..
Untukku..
Entah kenapa aku sangat suka lagu band Naif yang paling terbaru ini. Mungkin karena lagu ini mudah diingat, easy listening dan enak banget dinikmati dikala santai sama orang tersayang.
Karena Kamu Cuma Satu. Lagu itu selalu berputar tiap hari di telepon selularku. Ya, karena aku memasang bagian refrain lagu itu sebagai alarm. Hari ini hari minggu, jadi lagu itu berputar 1 jam lebih lambat dari biasanya. Pukul 06.00 aku terbangun dan kudapati tubuh kecil yang selalu menemaniku 2 tahun terakhir ini sudah tidak ada di peraduannya.
Sebenarnya sudah dari tadi malam aku ingin menulis tulisan ini. Pukul 01.15 dini hari tadi aku baru saja merampungkan hasil kerjaan, sesaat sebelum aku menghempaskan tubuh ke kasur dan tentu saja sesaat sebelum aku harus menggendongnya dari sofa pindah ke kamar, aku mendapati laptop istriku yang masih menyala. Iseng aku lihat dan ternyata berisi sebuah blog, dan itu adalah blognya. Perlahan aku baca dengan teliti, dan ternyata dia menulis semua tentang rumah baru kami ini di blognya. Begitu bahagianya istriku tampaknya. Akhirnya timbul niat isengku untuk ikut meramaikan tulisannya namun tidak pada malam itu tapi keesokan harinya, ya pagi ini. Malam tadi aku terlalu lelah dan sudah terlalu ingin bercumbu dengan alam mimpi ditengah pelukannya.
Oh iya, aku belum memperkenalkan diriku.
Namaku Nalendra Jaleswara nama yang unik ya? Kesannya seperti nama Raja Mataram Kuno. Tapi aku bukan keturunan raja kok, sumpah..hehe
Hari ini adalah hari kedua aku dan istriku Raina Kalea Nara tinggal di rumah baru kami di Bogor, sebelumnya kami masih mengontrak.
Izinkan aku bercerita tentang diriku ya. hehe. Aku adalah Orang Jawa asli, Ibu dan Bapakku berasal dari Yogyakarta. Pembawaanku cuek, sabar, gak gampang marah apalagi kalo ngadepin si Naya. Oiya aku memanggil istriku dengan sebutan itu, Naya. Aku tidak suka akan konflik dan keributan karena alasan yang standar banget, yaitu “kalah jadi arang menang jadi abu” jadi sebisa mungkin akan aku hindarkan semua yang berbau konflik, tapi jangan buat aku benar-benar marah, kalo kata Naya sih serem banget kayak banteng ngamuk. hehe. Aku dan Naya memiliki hobby dan kesenangan yang sama, sama-sama suka jalan. Maka dari itu setiap aku ada kerjaan keluar aku selalu ajak Naya ikut.
Cerita sedikit tentang Raina Kalea Nara, istriku tercinta. Aku dan Naya sudah saling mengenal dari kecil, jadi aku tahu banget bagaimana orangnya. Naya itu sangat periang tapi introvert, susah sekali menggali cerita dari dirinya tapi aku tahu gimana caranya. Hehe. Kalo mau ngapa-ngapain maunya sendiri, sering banget ngebantah kalo dikasih tau atau bahasa jawanya ngeyel, tapi sering banget gak berhasil dengan caranya itu karena dia orangnya super duper ceroboh. Tapi kalo udah gitu dia bisa jadi nurut banget ma aku. Kalo soal seni jangan tanya deh dia itu jago banget bikin batik tulis yang dipelajarinya dari ibu dan neneknya, dia bisa ngelukis juga, nah lo!! luar biasa kan istriku. Hehe. Dia gak kerja, dia lebih memilih tinggal dirumah (dan aku senang dia gak kerja) tapi sering bikin tulisan-tulisan yang dimuat di majalah-majalah, semacem freelance writer gitu lah. Oke cukup tentang Naya.
Belakangan ini aku sedang sibuk-sibuknya dengan “mainan” baruku, dapat dibilang semua pikiran dan waktuku tercurah kesana. Hehe. Mainanku itu adalah suatu tempat yang memang dari dulu ku cita-citakan, bahkan aku lebih memfokuskan membangunnya terlebih dahulu dibanding rumah tinggal. Mainan itu adalah Jerami’, tempat untuk sekedar bercanda, bergurau atau berdiskusi yang bebas untuk semua orang yang suka kopi atau beer. Tempatnya gak terlalu besar tapi juga gak terlalu kecil, 'Jerami' ada di jantung kota bogor. Boleh mampir kalo ada yang berkenan. Hehe.
Aku adalah seorang peneliti lepas yang banyak meneliti di bidang budaya dan aku amat sangat mencintai pekerjaanku itu tetapi aku lebih mencintai bangsa dan negaraku. Aku memilih kerja di bidang itu karena selain aku malas kerja kantoran yang diam di suatu tempat aku juga sangat suka menjelajah, berpetualang ke tempat-tempat baru yang menarik. Selain itu budaya Bangsa Indonesia ini menurutku ialah sebuah harta karun yang tidak ternilai harganya dan tidak pernah ada habisnya untuk dicari tahu dan pelajari. Tapi cukup sampai situ dulu ya bicara tentang budayanya karena ini hari minggu, hari buat aku dan Naya. Hehe.
Aku sebenarnya tidak terlalu suka minum beer, aku lebih suka minum kopi bahkan kadang kalo sudah selesai meminum kopi buatan Naya aku suka bikin lagi sendiri, entah karena memang aku suka atau mungkin juga lupa. Hehe. Aku memang sedikit pelupa. Kadang-kadang saja kalo lagi pergi berdua sama Naya, dan misalnya terpisah mungkin pas pulang aku lupa kalo tadi perginya sama dia. Hahaha. Tapi dari kecil aku pribadi memang sudah mencita-citakan punya tempat untuk nongkrong-nongkrong bareng teman-teman dan mungkin “Jerami” inilah manifestasi dari rasa inginku itu. Nama “Jerami”aku pilih karena nama itu sangat Indonesia sekali dan agak sedikit-sedikit merakyat.
Pagi ini aku kembali bangun lebih lambat daripada Naya, selain karena hari ini hari minggu dan memang beberapa hari belakangan ini dia selalu bangun pagi buta dan sibuk menata perabotan-perabotan yang dia beli sendiri, dia pilih sendiri. Ya, maklumlah rumah baru jadilah aku sedikit dilupakan. Hehe.
Tapi wajarlah bila dia sangat bersemangat dan senang, karena rumah ini memang sudah lama dia konsep dan cita-citakan bahkan dari sebelum kami menikah. Rumah ini memang untuknya, untuk Naya. Setelah dua tahun menikah kita baru bisa punya rumah sendiri, dan rasanya ternyata luar biasa memiliki rumah hasil dari keringat sendiri. Untukku, bisa membuat Naya tersenyum tiap pagi adalah anugerah yang paling indah. Terima Kasih Tuhan.
Oiya, sudah dulu ya, aku mau ngisengin Naya. Aku mau rekam dia lagi beres-beres dulu ya.. Hehe..
Sampai nanti mampir-mampir lagi ya besok-besok di Rumah baru kami. Salam =)

Bogor, 06-03-11

Taraaaa selamat berkunjung!!!


 "Cantiknya istrikuuu.."

"Apa deh kamu dasar gombal!"

"Ih bener ko.. Kamu tu seksi tau kalau lagi beres-beres gini.."

"Weeeekkk.." Aku menjulurkan lidah ke arah handycam-mu. "Berarti aku jarang keliatan cantik donk kan aku jarang beres-beres?" lanjutku.

"Iya makanya ini aku rekam.. Kamu beres-beres rumah kan adalah hal yang langka hahaha.."

"Ih nyebeliiin.." Lalu mengejarmu sambil membawa sapu hihi..

Kami terengah. Lelah.
Kami berpeluh tanpa mengeluh.
Berlelah-lelah, berpeluh-peluh tak pernah menjadi masalah sebab tawa kita selalu menggema bersama.

"Sayang aku capeeek.." kataku manja.

"Huuu manja.. Capekan mana sama aku yangg dari pagi tadi angkat-angkat barang?" ucapmu sambil melingkarkan pelukmu dipinggangku.

"Hehehe..sayang..makasi yaa.."

"Buat apa?" Tanyamu pura-pura tidak tau. Aku memutar bola mataku. "Hehe iya sama-sama. Kamu suka?"

"Suka bangeeettttttt!!!" ucapku girang.
Seketika saja ada yg mendarat hangat dibibirku, menekannya dengan lembut dan menyusurinya dengan penuh cinta. Ah, suamiku selalu saja kamu begitu.

"Maaf ya baru sekarang bisa kasih kamu tempat yang layak..", bisikmu dengan raut wajah menyesal.

"Hey..ayolaah aku jg ga pernah menggerutu dengan rumah kontrakan kita yg kemarin kan? Hunny.. I'm always happy to be close to you",

Kalimat terakhirku tadi ternyata cukup ampuh untuk mengembalikan raut wajahmu agar kembali berseri hehe.. Satu kecup lagi lebih hangat dari yang tadi.

"Aku sayang kamu.." Bisikmu lalu tersenyum. Di sana, di senyummu aku melihat sebuah kepuasan. Puas telah membuatku bahagia.

***

Bogor kota hujanku, 05-03-2011
21:30 Waktu Indonesia Bogor :p

Taraaaaaaa..
Selamat datang di rumah ku.
Ralat. Selamat datang di rumah (baru) kami. Hari ini adalah hari ulangtahun pernikahan kami yang kedua. Dan rumah ini adalah kado terindah dari nya. Iya, dia suamiku tercinta. Kenapa kalian masih bertanya lagi yang mana orangnya? Jelas saja yang tadi bawa handycam, mengikutiku kemana saja, mengambil gambarku yang sedang sibuk menyapu dan menata barang-barang yang masih terbungkus kardus. Okay iya benar itu suamiku yang tadi menciumku diruang tv. *ah aku malu menulis bagian ini* :')

Kami pasangan muda. Pasangan pengantin baru yang rock 'n roll hihi..
Laki-laki yang paling sabar sedunia itu suamiku, Nalendra Jaleswara namanya.
Mendengar namanya saja kalian jatuh cinta kan?? Aah tidak boleh dia milikku hihi.. Perawakannya tinggi berdada bidang kalau merengkuhku habislah aku dipeluknya. Aku seperti anak kecil berkuncir kuda yang akan mengerang kalau pelukkannya terlalu kencang. Masih ada sisa-sisa peninggalan kombinasi otot semasa Nalen rajin fitnes dulu. Suamiku berpembawaan tenang selalu berwibawa semacam charming lah ya hehe.. Dia selalu berfikir sebelum bertindak, sedang aku sebaliknya hehe.. Dia ramah, dia santun, dia pandai, dia selalu wangi dan dia berperut datar ahaaay kombinasi sempurna bukan? Suami paling seksi sedunia hihi..

Sepertinya aku terlalu mencintainya ya? Dari tadi yang kuceritakan hanya dia hehe.. Salam kenal, namaku Raina Kalea Nara. Kata ayahku artinya Raina di ambil dari Rain = hujan, Kalea artinya terang kalau Nara punya arti bahagia. Kalau disatukan menjadi : Setelah hujan selalu ada terang yg membuatmu bahagia. Terimakasih ayah, telah membuatku jatuh cinta pada namaku sendiri :') *narsis hihi..

Posturku tidak terlalu tinggi. Kira-kira sepundak Nalen. Kulitku lebih putih dari suamiku. Rambut hitam panjang. Jarang tergerai lebih sering ku ikat ekor kuda atau cepol sekenanya. Aku tidak kurus, kalian tau kan artinya tidak kurus?? Kalau nanti kamu dengar Nalen blg aku gendut itu bohong! Itu efek pipiku yang chubby. Aku lebih senang menyebut posturku padat berisi alias semok2 seksi *alamak apa jadinya kalau Nalen baca ini?! :|

Aku senang tertawa dan membuat orang tertawa. Aku bukan type orang pemikir seperti Nalen. Kadang suamiku itu suka kelewat serius tapi sekali waktu dia bisa jadi manusia paling usil sedunia.

Nyonya Naya apakah anda sudah tidur sayang?

Bagi yang mengenalku kebanyakan memanggilku Nara/ Naya, kalau nanti ada yg memanggilku Raina itu pasti orang yg tidak begitu dekat denganku atau baru saja mengenalku. Pesan bbm yang baru saja masuk itu dari Nalen. Aku tidak membalasnya melainkan langsung menelfon nya.

hehehe dia telf.. assalamualaikum sayang.. kalau nadanya manis gini pasti dia bakal pulang lebih larut dari biasanya.

waalaikumsalam.. mau pulang jam berapa Tuan Nalendra Jaleswara?tanyaku langsung to the point.

galaknyaaa.. masih ramai ni jerami nya”— jerami adalah kafe murah meriah milik kami.

Cepet pulaangg len.. pintaku manja.

Iya nanti juga pulang. Kamu kenapa tumben biasa aku pulang pagi juga ga nyari, takut ya sendiri di rumah baru? Oohh..bilang aja kamu kangen aku, iya kan kan kan? Hmm..tadi di ajak ga mau siy..guraumu.

iih aku kan capek tau.. Bukan takut cuma pengen hari pertama di rumah baru ada kamu. Oke ini bukan alasan yg tepat buktinya Nalen tertawa menang di ujung telfon sana.

Bilang aja kangen wee.. ucap Nalen masih tertawa. Yaudah aku pulang sekarang, ada kerjaan juga yang harus aku selesaiin di rumah. Kamu istirahat kalau capek.sambung Nalen.

Yaudah cepet aku tunggu..ucapku tak sabar.

Eh sayang, bisa pindah ga? Jangan tidur di sofa ayo masuk kamar!perintah Nalen yg tahu benar kebiasaan istrinya.

hehehe gak mauuuuuu..*klik*  aku menutup telfon lalu menyalakan playlist di notebook-ku.

***


Selamat Pagi Matahariiii..
Ah payah sekali semalam seperti biasa akhirnya aku tertidur di sofa ruang tengah.
Pagi ini begitu terbangun barang pertama yang ku cari adalah notebook-ku bukan suamiku, suamiku kan bukan barang hehehe.. :p

Aku lupa tadi malam sudah jadi posting di blog baruku ini atau belum. Ternyata benar dugaanku. Belum saudara-saudara huhu..  tapi tenang postinganku tersimpan di draft. Nalen yg sering menyelamatkan tulisanku dari kebiasaan tertidurku ditengah menulis.

Sebenarnya masih banyak yang ingin ku ceritakan, tetapi sayang sekali aku harus memasak dan memasang perabot-perabot yang baru saja ku beli. Kalau minggu pagi, begitu Nalen membuka mata harus sudah ada kopi dan camilan bergizi begitu kira-kira hihi..

Okay tamu-tamuku aku harus segera bergegas menjadi upik abu pagi ini nanti kita sambung lagi ya.. Sering-sering berkunjung ke rumah kami ya.

Bogor, 06-03-11
*klik shut down-tutup laptop*